Judul buku : jurnal studi pembangunan, kemasyarakatan, & lingkungan, vol. 2, no. 3/2000
Topik yang di tulis : perkembangan pradigma pendamping pastoral diindonesia
Perkembangan pradigma pendampingan pastoral diindonesia
1. PENDAHULUAN
Istilah “pendamping pastoral” ialah, penggembalaan yang sudah lebih dulu dikenal, karena lebih menggambarkan kesetaraan antara yang melayani dan yang dilayani dan lebih menggambarkan tanggung jawab seluruh umat beriman dan bukan hanya pada pendeta selaku gembala terhadap dombanya. Tulisan ini bermaksud menyoroti bagaimana perkembangan paradigma pendamping pastoral diindonesia dan kemudian menarik implikasinya secara khusus bagi peranan majelis jemaat dalam pendampingan pastoral.
2. SEBELUM 1960
Gereja pada zaman kolonial tersebut adalah kondisi seteril, tanpa daya dan tidak mampu merespon tantangan – tantangan yang muncul pada zamannya. Setelah kemerdekaan Nasional dan selama dasawarsa 50-an, ditengah tugas urgen untuk “ nation building”, gereja dan bangsa indonesia sibuk menghadapi masalah – masalah besar baik perang – perang revolusi, pemberontakan regional terhadap pemerintah pusat, dan khususnya gerakan DITII yang menginginkan bentuk pemerintahan islam. Oleh karena itu gereja pun memaklumi dan gereja hanya meberikan pelayanan pastoral dari pendeta dipusatkan untuk para anggota gereja agar dapat bertahan ditengah – tengah situasi sulit tersebut.
3. DASAWARSA 60-AN
Pada tahun 1960-an gereja dicengkeram oleh ide – ide revolusi perubahan sosial secara tepat di bawah pengaruh demokrasi terpimpin dan revolusi tanpa akhir oleh presiden soekarno. Berdirinya pemerintahan orde baru dibawah jendral soeharto setelah pertumpahan darah dan ratusan ribu korban, merubah situasi politik secara menyeluruh. Gereja juga mulai merasa perlu untuk menjawab kebutuhan masyarakat, bahkan yang diluar gereja secara lebih utuh, bukan hanya secara spiritual, tetapi secara fisik dan kolektif. Pendamping pastoral yang didapat dari perubahan – perubahan semacam ini ialah, muncul secara khusus didalam buku – buku teologi praktika dari AD.Mueller “ ajaran tentang pengerisasian yang benar dari kerajaan ALLAH didalam gereja dan oleh gereja didalam dunia “.
4. DASAWARSA 70-AN SAMPAI PERTENGAHAN DASAWARSA 80-AN
Pada tahun 1969 pemerintah orde baru memulai PELITA I, dengan tekanannya pada kestabilan politik dan ekonomi. Ditengah situasi inilah gereja dan sekolah – sekolah teologi melalui kopnsultasi tentang teologi dan pendidikan teologi diindonesia yang dilaksanakan disukabumi tahun 1970. Jadi pusat perhatian teologi praktika dan pelayanan pastoral bukanlah aktifitas gereja, tetapi praksis orang kristen dalam menghadapi situasi dan masalah – masalah sosial, kultural dan politik di dalam dunia ini. Perlu di catat, sekalipun pada tataran pemikiran teoritik tentang pendampingan pastoral telah berkembang sedemikian rupa sejak diterbitnya pandangan Abineno di tahun 1968.
5. PERTENGAHAN DASAWARSA 80-AN SAMPAI 1988
Pada perkembangan di tahun ini, memperlihatkan bahwa teologi pastoral diindonesia semakin berkembang dengan kecendrungan – kecendrungan menuju kepada “doing theology”. Kecendrungan ini diperkuat dengan adanya dasawarsa berikutnya, bahkan sampai situasi kotemporer sekarang ini. Metode pen didikan klinis diindonesia dikembangkan oleh Mesach krisetya. Bersama dengan Aart Martin Van Beek, dalam suatu kerjasama antara UKSW ( universitas kristen untuk kesehatan diindonesia ) . jadi pendampingan pastotal-pun harus berkaitan erat spiritualitas dan tidak boleh kehilangan identitas pastoralnya.
6. PERKEMBANGAN TERAKHIR TAHUN 1998 SAMPAI KINI
Ada perubahan besar yang terjadi diindonesia sejak jatuhnya pemerintahan orde baru. Munculnya era indonesia baru mengakibatkan banyak perubahan dalam hubungan antar agama diindonesia dan dengan demikian juga perubahan sikap dikalangan gereja – gereja. Dalam situasi tersebut gereja- gereja diindonesia menghadapi tugas berat untuk menghadirkan diri kembali dengan secarapas yang jelas berbeda sifat dan nilai - nilainya sejak konflik antar agama diindonesia. Pada masa pemerintahan Gusdur saat dulu, telah muncul pendekatan yang berbeda. Pemerintah mulai membiarkan interaksi dan konflik antar agama terjadi secara wajar dan demokratis tanpa harus diatur, diarahkan dan diawasi. Yang jelas situasi konflik tetap potensial pada hubungan antar agama. Jelas tantangan yang ,mendesak gereja – gereja ialah untuk mengikis pandangan yang secara panatik menganut pola pikir diatas dan memupuk kesediaan untuk menonjolkan panggilan kemanusiaan yang luhur dari agama itu sendiri. Pembahasan isu ekologi dalam pendampingan pastoral cukup penting untuk situasi diindonesia masa kini. Isu ini merupakan titik pijak bersama yang diakui sebagai isu signifikan oleh berbagai pihak kelompok agama, pengambil kebijakan publik, LSM, dsb. Sebagai kesimpulannya pendampingan pastoral diindonesia gaka mengarah keperkembangan untuk mampu menjawab tantangan yang semakin bersifat kontekstual dan publik.
7. PROPOSAL PEMAHAMAN BARU PENDAMPING PASTORAL
Pendamping pastoral adalah upaya integratif komunitas kristen yang bergumul bersama dengan komunitas umat lain di tengah – tengah keprihatinan masa kini yang muncul dalam situasi sosial politik, budaya, dan lingkungan hidup mereka dengan tujuan untuk mengurangi akibat dosa dan penderitaan dan mentranformasi hidup sesuai dengan harkat manusia.
Ada beberapa element penting didalam definisi tersebut :
a. Pendamping pastoral dideskripsikan sebagai upaya, sebab memang penting untuk menekankan hakekat pendamping pastoral yang sangat praktis.
b. Pelaksana pendamping pastoral juga ditegaskan, yaitu “ komunitas kristen” bukan hanya elite / pemimpin jemaat saja.
c. Istilah komunitas kristen mengandung pengertian yang luas. 4 level tercakup didalamnya (perorangan atu individu kristen, sistem hubungan mendasar antara teman, keluarga dll, sistem hubungan yang lebih luas diantara tetangga desa, negara, ekonomi dan kelompok etnis, Tuhan “ menunjukkan pada komunitas yang paling universal yang dapat dibayangkan oleh seseorang”).
d. Cakupan atau ruang lingkup pendamping pastoral bersifat luas ( pelayanan yang tanggap terhadap situasi sosial , politik budaya diluar batas dinding – dinding gereja dan dan bukan sekedar situasi hidup anggota jemaat saja, meskipun tentu saja tanpa mengabaikan pelayanan diluar dari batas gereja didalamnya.
Pendamping pastoral perlu merespon juga pertumbuhan yang positif, lebih bersifat preventif ( pencegahan ) atau melioratif ( pemeliharaan dan peningkatan yang sudah baik ).
8. DASAR – DASAR TEOLOGIS PENDAMPING PASTORAL
Pendamping pastoral perlu merupakan hasil dari proses berteologia praktika yang dilaksanakan oleh komunitas kristen yang mencoba setia kepada panggilannya didalam Yesus kristus, menggumuli keprihatinan – keprihatinan masa kini iman mereka ditengah – tengah konteks sosial, politik, dan budaya mereka. “ Richard P. Mcbrien membagi pelayanan menjadi 4 level :
1. Umum / universal, pelayanan yang dilakukan oleh setiap manusia terhadap sesama manusia yang membutuhkannya.
2. Umum/ spesifik, pelayanan untuk sesama manusia yang dilakukan oleh profesi pertolongan seperti ( perawat, pekerja sosial, bantuan hukum, pengobatan dsb ).
3. Kristen / universal, pelayanan kepada sesama yang yang dilakukan didalam kristus dan oleh karena kristus.
4. Kristen / spesifik, pelayanan untuk sesama didalam kristus dan oleh kristus, atas nama gereja dan demi membantu gereja melaksanakan misi-Nya.
Pendamping pastoral, memang menerima dan menghargai serta menjadi bagian dari naluri instinkif kemanusian untuk memperhatikan dan merawat sesama yang dikasihinya, yang sedang menderita oleh karena suatu ancaman tertentu terhadap keberadaannya, baik sakit penyakit, kesedihan, kematian, dan ketakutan. Konsep tersebut lebih sekedar bersifat reakti dari pada proaktif menanggapi kebutuhan manusia sewaktu kelihatan jelas bahwa hal-hal tersebut mulai menjadi ancaman kehidupan, tetapi tidak pernah sungguh – sungguh prihatin untuk mencegah menguatnya kebutuhan tersebut.
Pendampingan pastoral sebagai hasil dari upaya berteologi praktika juga harus didasarkan pada dasar yang sama dan juga harus memerlukan kemampuan umat kristen untuk berefleksi mengenai eksistensi dan aksi-aksinya dalam hubungannya dengan kehadiran dan aksi Allah yang berkesinambungan dalam sejarah. Jelaslah pendamping proposal sebagai bagian dari teologi yang berurusan hanya dengan hal – hal praktis.
9. PEMAMPU : PERANAN UTAMA PEMIMPIN JEMAAT DALAM PENDAMPINGAN PASTORAL MASA KINI.
Pemampu “citra / komunitas”, dalam komunitas terkandung dimensi pemuridan. Pembentuk komunitas orang kristen juga dipanggil untuk taat kepada panggilan TUHAN dan mengambil resiko yang mungkin terjadi dalam ketaatannya tersebut. Pembentukan komunitas yang memiliki komitmen terhadap tujuan- tujuan yang seringkali tidak mudah dibayangkan ini membutuhkan pendekatan yang menekankan kesetiaan, teladan, dan kualitas personal yang intergratif.
10. CITRA PEMAMPU DAN IMPLIKASINYA BAGI PENDAMPING PASTORAL INDIVIDUAL
Bentuk konkret dari hal ini adalah komunikasi,mengenai kebutuhan pelayanan yang muncul diantara jemaat, membentuk tim visitasi pastoral yang kuat. Jelas dibutuhkan internal-networtk yang cukup kuat untuk melaksanakan semua tugas diatas.
11. CITRA PEMAMPU DAN IMPLIKASINYA BAGI PENDAMPINGAN PASTORAL KOMUNITAS JEMAAT
Pendamping pastoral komunitas berhubungan secara dialeksis dengan ritual-ritual dalam kehidupan yang dalam kehidupan berjemaat biasanya ditampung dalam bentuk ibadah –[ ibadah tertentu. Dalam pergumulan ini citra majelis jemaat sebagai pemampu amat menetukan karena kontekstualisasi yang berhasil memiliki kunci kepekaan terhadap bentuk – bentuk religius populer dari rakyat.
12. CITRA PEMAMPU DAN IMPLIKASI BAGI PENDAMPING PASTORAL MASYARAKAT
Pendamping pastoral terhadap masyarakat luas bermaksud menghadirkan kerajaan Allah di tengah – tengah dunia. Dalam pendampingan pastoral terhada masyarakat luas ditengah situasi sosial-politik budaya yang khas, yang ditekankan adalah isu-isu pokok lokal, tanpa meninggalkan kemungkinan bahwa gereja setempatpun bisa membnantu untuk menghadapi masalah – masalah pada level nasional terencana. Untuk mampu melihat warga perlu struktur melalui pengalaman tertentu. Apabila jemaat bersama – saama telah melihat prioritas pelayanan tentu yang menjadi visi dan tanggung jawab mereka, pemeliharaan dari visi tersebut mebutuhkan peranan majelis jemaat.
13. KESIMPULAN
Makalah ini mencoba menggali keluar perkembangan pendampingan pastyoral diindonesia dan bagaimana implikasinya bagi peranan majelis jemaat dalam pendampingan pastoral. Pendampigan pastoral yang semakin meluas membutuhkan majelis jemaat yang juga mampu menghayati peranannya yang meluas, meliputi tiga aspek : individual, komunitas, dan masyarakat luas. Dalam pelayanan pendamping pastoral yang menyeluruh, citra sebagai pemampu merupakan citra yang diharapkan menjadi dasar identitas majelis jemaat.
LAPORAN BUKU
PERKEMBANGAN PARADIGMA PENDAMPINGAN PASTORAL DIINDONESIA
Disusun oleh :
Nama : Endro simpati
Nim : 07. 02. 11. 143
Ruang / smester : B / VIII
DEPARTEMEN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN NEGERI
PALANGKA RAYA
TAHUN AKADEMIK 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar